Persaudaraan karena Allah



  Ikhwan fillah, sebagaimana kita ketahui umat kita pada saat ini bagai buih di lautan yang telah pecah kesatuannya dan telah bubar barisannya.

  Kita menjadi umat yang dikerumuni oleh umat yang paling keji, nista dan hina sahabat kera dan babi, dan sebab yang paling mendasar adalah bahwa dunia sekarang ini tidak menghormati kecuali yang kuat, sedangkan umat kita saat ini sedang lemah, dikarenakan perpecahan adalah sahabat karib dari kelemahan, kehinaan dan terabaikan. Sebaliknya, kekuatan adalah buah yang segar dari kasih sayang, persatuan dan cinta.

  Maka tidaklah umat ini lemah sebagaimana yang kita gambarkan kecuali setelah hilangnya akar kesatuan dan kekuatannya, dan itu adalah "Persaudaraan karena Allah" sesuai dengan yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW. Maka mustahil ukhwah ini akan terjalin dengan makna yang sebenarnya kecuali diatas landasan Aqidah tauhid beserta kejernihannya, cakupannya, dan kesempurnaannya, sebagaimana yang merubah ukhuwwah kaum muslimin yang pertama dari kawanan pengembala kambing menjadi pembesar dan pemimpin bagi seluruh Daulah dan umat, di hari ketika persaudaraan yang dibangun atas kelengkapan dan kesempurnaan aqidah itu menjadi amal yang nyata dan salah satu manhaj (landasan) hidup, kenyataan yang gemilang ini semakin jelas dihari ketika Nabi SAW mempersaudarakan antara muwahhid di Makkah, walaupun berbeda warna kulit dan postur, lisan dan kebangsaannya, mempersaudarakan antara Hamzah dari Quraish, Salman dari Persia, Bilal dari Habasyah, Shuhaib dari Romawi, Abu Dzar Al Ghifari, mereka semua telah pergi dengan melantunkan sebuah nasyid yang indah.

أبى الإسلام لا أبَ لى سِوَاهُ            إذا افتخـروا بقيسٍ أوتميمِ

Ayahku adalah Islam, aku tidak mempunyai bapak selainnya...
Walau mereka membangga-banggakan suku Qais dan Tamim...

Mereka telah pergi semuanya dengan mengulang-ulang wahyu yang disampaikan seorang gurunnya :
 ] إِنَّمَا الْمُؤْمِنُـونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ [ 

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (Al Hujurat : 10)

Inilah marhalah pertama dari marhalah-marhalah persaudaraan.
  Kemudian kedua kalinya Nabi SAW mempersaudarakan antara suku Aus dan Khazraj di Madinah, setelah berlalu perang yang berkepanjangan, dan permusuhan yang sangat pahit, yang melibas hijau-hijauan dan daratan kering!!

  Setelah itu beliau mempersaudarakan antara Muhajirin Penduduk Makkah dengan Anshar penduduk Madinah, dalam festival cinta yang tidak pernah kita temui selainnya, disana yang bejabatangan adalah hati, ruh mereka menyatu, hingga persaudaraan ini –pertunjukan yang indah ini- digambarkan dalam Shahihain :

جـاء فى الصحيحين من حديث أنس بن مالك t قال : قدم علينا عبد الرحمن بن عوف وآخى النبى r بينه وبين سعد بن الربيع ، وكان كثير المال ، فقال سعد : قـد علمت الأنصار أنى من أكثرها مالاً ، سأقسم مالى بينى وبينك شطرين ، ولى امرأتان فانظـر أعجبهما إليك ، فأطلقها حتى إذا حَلَّتْ تزوجْتَها . فقال عبد الرحمـن : بارك الله لك فى أهلك . دلونى على السوق ، فلم يرجـع يومئذٍ حتى أفْضَلَ شيئاً من سَمْنٍ وأقطٍ ، فلم يَلْبث إلا يسيراً حتى جاء رسول الله r وعليه وَضَرٌ من صُفرةٍ فقال له رسول الله r (( مَهْيَمْ ؟ )) قال : تزوجتُ امرأةً من الأنصار قال : (( ما سقت إليها ؟ )) قال : وزن نواة من ذهب أو نواةٍ من ذهب فقال :  (( أولم ولو بشـاة )).

  Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. beliau berkata : "Telah datang kepada kami Abdurrahman bin Auf dan Nabi telah mempersaudarakannya dengan Sa'ad bin Rabi', ia adalah orang yang kaya", Sa'ad berkata kepadanya : "Penduduk Anshar sudah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling kaya diantara mereka, dan aku hendak membagi dua yang setengah untukku yang setengah lagi untuk kamu, kemudian aku juga mempunyai dua orang istri, lihatlah antara keduanya mana yang kamu sukai maka akan aku thalak ia dan kamu bisa menikahinya apabila sudah tiba waktunya (habis masa iddahnya)". Maka berkatalah Abdurrahman : "Semoga Allah memberkati keluargamu. Tunjukkan kepadaku dimana pasar". Maka ketika itu ia tidak kembali hingga membawa untung dari margarine dan yoghurt, tak lama kemudian ia mendatangi Rasulullah dengan membawa bejana dari kuningan, maka beliau berkata kepadanya : "Mahyam (apa kabar? /ada apa gerangan) ?" ia berkata : "Aku telah menikahi seorang wanita dari Anshar". Beliau bersabda : "Apa yang engkau berikan kepadanya?". Ia berkata : "Beberapa gram biji emas atau biji emas". Kemudian beliau bersabda : "Adakanlah walimah walaupun hanya dengan seekor domba."[1]

  Kita saat ini meratapi zaman hidupnya Sa'ad bin Rabi' dan kita bertanya : Mana Sa'ad bin Rabi' yang berbagi harta dan istri kepada saudaranya ?!!

  Jawabnya : Sudah berlalu. Dan berlalu bersamaan dengan perginya Abdurrahman bin Auf.
Jika pertanyaannya : Siapakah sekarang ini yang berbagi seperti Sa'ad berbagi?! Maka jawabnya : Manakah sekarang ini orang yang beriffah seperti Abdurrahman Auf beriffah?!!

  Seseorang berkunjung ke salang seorang salaf dan berkata : "Manakah.....

] الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً [

"Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan."
Maka ia berkata kepadanya : Telah pergi bersama mereka yang
] لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا [
"Mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain"
  Inilah salah satu adegan dari adegan-adegan persaudaraan hakiki yang pernah ada dengan berlandaskan tauhid yang murni, dengan kesempurnaannya dan kelengkapannya, Demi Allah jikalau hadits ini tidak dalam derajat keshahihan yang paling tinggi maka akan aku katakana bahwa adegan ini adalah salah satu adegan dongeng mimpi belaka.
  Inilah persaudaraan jujur, inilah yang sebenarnya hakikat persaudaraan, bahwa persaudaraan karena Allah tidaklah dibangun kecuali diatas ikatan aqidah dan ikatan Iman dan ikatan cinta karena Allah, itulah ikatan-ikatan yang tidak akan pernah terurai selamanya.
  Persaudaraan karena Allah adalah nikmat yang besar dari Allah SWT, dan karunia yang besar dari Allah yang dilimpahkan kepada orang-orang mukmin yang jujur, Persaudaraan bak minuman suci yang diguyurkan kepada orang-orang mukmin yang jernih dan cerdas.

  Maka dari itu Ukhuwwah karena Allah adalah sahabat Iman yang tak mungkin terpisahkan dengannya, dan tidak pula iman pisah darinya karena jika ada ukhuwwah tanpa iman maka ketahuilah bahwa itu hanyalah pertemuan antara dua maslahat, dan saling member kemanfaatan, dan apabila kamu dapati iman tanpa ukhuwwah yang jujur maka ketahuilah bahwa itu adalah keimanan yang kurang, orangnya perlu obat dan periksa karena ada penyakit di dalamnya, maka dari itu maka Allah mengumpulkan antara Iman dan Ukhuwwah dalam satu ayat, Allah berfirman :

] إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ [
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah saudara"  (Al Hujurat : 10)
  Kaum mukminin seluruhnya seakan-akan mereka adalah satu ruh yang dipecah dalam banyak jasad, mereka seakan-akan ranting-ranting yang menjulang yang bersumber pada satu pohon, Demi Allah mana makna-makna itu sekarang ini?!!

  Maka dari itu apabila sekarang kita membicarakan adegan ini sebagaimana yang kita sebutkan didepan mungkin sebagian orang Islam merasa asing dengan kata-kata ini, dan mengiranya sebagimana saya katakan sebagai kisah fiktif yang indah dan dongengan mimpi, karena saat ini hakikat ukhuwwah telah hilang dari kaum muslimin, dan sungguh keadaan umat ini menguatkan kenyataan yang menyakitkan ini, Innalillahi wa inna ilaihi Raji'un, sedangkan ukhuwwah itu sendiri saat ini hanya sekedar kata-kata kering pucat dingin yang tidak ada kehangatan di dalamnya kecuali siapa yang dirahmati oleh Allah SWT.

  Maka sebenarnya ukhuwwah yang dibangun dengan tali Allah yang kuat merupakan nikmat yang diberikan oleh Rabb kita kepada kaum muslimin pendahulu kita, Allah berfirman :

] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ(102)وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ [

"Wahai orang-orang yang beriman ! bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."  (Ali Imron : 102-103)

  Maka ukhuwwah itu adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kaum mukminin, Allah berfirman :

وقال تعالى : ] وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ [ [ الأنفال : 63 ]

"dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana."  (Al Anfal : 63)

Diterjemahkan dari : Ceramah Syaikh Muhammad Hassan (Mesir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar