Hampir setahun sudah kenangan itu berlalu. Kenangan indah yang takkan terlupakan. Saat butiran-butiran salju itu mengguyur kota Amman. Berhari-hari menanti akan kedatangan nikmat Allah yang satu ini, yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Saat itu ada berita bahwa beberapa hari lagi ia akan turun. Harap senang selalu menyelimuti hari-hari penantian. Apa iya? "kata hati. Seolah hal itu tidak akan terjadi. Tapi Allah mempunyai Takdir lain yang tidak sama antara satu orang dengan orang yang lainnya. Dan Alhamdulillah takdir itu jatuhnya tak kemana-mana :). Tahun itu juga pas saljunya tebel. Yang biasanya cuman 2 cm.
Kini saatnya langit berubah menjadi gelap, namun kegelapan itu tampaknya menyimpan warna putih dibelakangnya. Hingga langit tampak agak kekuning-kuningan, menandakan bahwa kini langit itu mulai menampakkan wajah yang berbeda. Tak tahu apa yang ingin ia ungkapkan, namun aku yakin kini ungkapan itu tidak seperti biasanya. Wajah ini terus menatap ke atas menunggu apa yang akan terjadi. Memang detik-detik itu dipenuhi dengan penasaran yang kuat.
Wushh...wushh... kini giliran angin yang menyapu hamparan udara kota Amman. Serentak semuanya masuk kedalam penginapan masing-masing. Jendela, pintu, dan ventilasi saling bergantian meneriakkan suaranya. Kasur empuk dan selimut tebal melambai-lambai menawarkan kehangatan :). Langsung saja tanpa pikir panjang "aku datang memenuhi panggilanmu" bak Superman yang meluncur dari ketinggian. Seet..seet..seet.. pake jaket 3, ambil sebo, penutup telinga tanpa ada satu lubang pun yang terbuka :).
Tiba-tiba angin itu mulai berlalu dengan perlahan-lahan. Tak lain dan tidak bukan ia hanya berlalu untuk mengawal datangnya butiran-butiran air es yang putih. Awalnya memang tidak seputih yang kita kira, bercampur dengan debu dan tanah yang beterbangan. Hanya seperti bongkahan es yang dihaluskan dan dijatuhkan dari ketinggian. Namun lambat laun ia mulai menampakkan citra yang sebenarnya. Putih, bersih, lembut, teratur dan rapat. Cepat sekali menyelimuti kota yang kecil itu.
Amman oh Amman, ternyata dibalik kekeringan tanahmu menyimpan keindahan yang tak pernah ku bayangkan. Walau hanya sekali dalam setahun. Cukup memberiku kepuasan yang tak terkira.
Lempar selimut.. ambil sepatu.. pake topi.. penutup telinga.. tak lupa kamera tetap disaku. Duk.. duk.. duk.. suara sepatu saling berebutan, menuruni tangga dari apartemen. Yang orang Arab sebut sebagai "Tabaqus Sama'" atau tingkat langit. Hehe memang kita cari rumah yang murah, walaupun sehari-hari harus naik turun tangga pakai eskalator manual :). Itung-itung buat olahraga siang sore.
"Kemana kita?' kata kawan. "Ke hadiqoh aja" kata yang lain. Oke.. kita bareng-bareng main ke taman. Lempar-lemparan, kejar-kejaran kayak anak-anak tak masalah. Karna mungkin tak terulang kembali. Buat boneka salju dimana-mana. Tak tahu itu ikut-ikutan orang mana. yang penting seneng aja, cukup.
Semua jalanan macet. namun tak lama kemudian para pekerja mulai membersihkan jalanan, terutama jalan raya. Semua ongkos transportasi naik hingga 2-3 kali lipat. Namun tak menghalangi rasa keingintahuan yang lebih untuk mengelilingi kota Amman. Langsung aja stop sopir taksi minta diputer-puter.
Kini tiba di Universitas Jordania, dan tenaga mulai habis. Ambil rehat sambil berteduh, menatap pintu depan universitas itu. Terbayang di kepala seorang pahlawan n komandan yang besar, yang pernah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan ilmunya di Universitas itu. Dr. Abdullah Azzam, iya dialah orangnya. Ialah sosok pahlawan yang banyak menginspirasi para pejuang Islam belakangan ini. Tak terkecuali sang penulis ini. Namanya sudah tidak asing di telinga, namun kehadiranku disitu terasa ada hawa yang berbeda. Rasanya kedinginan.. wkwk, pengen langsung pulang ke kos tidur panjang.
Uwis sik ya.. kokean nulisnya. Sok puitis meneh :). Salam maju terus.
Read More..